Jumat, 16 Desember 2011

Membran Ekstra Embrional (MEE)


I.         PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Membran ekstra embrionik merupakan perluasan-perluasan berlapis membran dari jaringan-jaringan embrio. Pada dasarnya membran-membran tersebut adalah lipatan-lipatan yang pada akhirnya tumbuh mengelilingi embrio dan menghasilkan empat kantung pada embrio yang sedang tumbuh. Masing-masing membran terbentuk dari sel-sel yang berasal dari dua lapisan nutfah berbeda.
Alasan digunakannya  telur ayam karena mudah didapat dan memiliki membran ekstra embrional yang lengkap serta mudah diamati. Terdapat empat macam selaput embrio pada ayam yaitu alantois, kantung yolk, amnion dan serosa. Telur ayam dilengkapi dengan yolk yang sangat banyak. Kandungan yolk yang besar ini digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan bahan makanan yang dibutuhkan embrio selama perkembangan dalam telur. Amnion merupakan selaput yang membungkus janin sehingga tidak berhubungan langsung dengan sekitarnya. Serosa tumbuh disekitar kantung yolk dan membungkus seluruh kantung tersebut, lalu melekat pada cangkang telur.


B.                Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah dapat mengenali dan menggambar morfologi membran ekstra embrional serta menjelaskan fungsinya masing-masing.


II.                TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan sel embrio di luar tubuh induk setelah oviposisi (ditelurkan) akan berhenti, sampai kebutuhan lingkungan penetasan dapat terpenuhi (temperatur, kelembaban, dan ventilasi). Sel-sel tepi mengalami penebalan tidak sempurna dibagian yang berbatasan dengan yolk, sehingga terdapat banyak inti tanpa terpisah dari sel-sel itu sendiri (sitoplasma dan membran sel masing-masing tidak terbentuk). Inti yang banyak ini bergerak ke arah yolk di bawah. Daerah yang mengandung banyak inti ini disebut jaringan periblast. Jaringan periblast terdiri atas dua daerah yaitu periblast tengah dan periblast tepi. Periblast tengah persis di bawah celah horizontal, periblast tepi di daerah tepi germinal. Jaringan periblast berguna untuk menyalurkan bahan makanan dari yolk ke embrio (Kosasih, 1975).
Permulaan pembentukan daerah embrio yaitu dengan terbentuknya keping neural. Keping ini terjadi lipatan neural. Embrio yang umurnya ± 24 jam pengeraman, maka akan terbentuk khorda di bawah lipatan neural pada sumbu tengah embrio. Khorda ini timbul dari sel-sel yang tidak mengalami diferensiasi di antara kedua lapisan mesoderm. Mesoderma tumbuh ke samping, ke belakang, dari stria primitiva dan juga tumbuh ke muka kiri dan kanan notochord, pada saat bersamaan melebar ke daerah ekstra embrional di semua jurusan, sehingga pada saat pengeraman 48 jam ke atas, kedua lapisan mesoderma lateral itu akan bertemu di bagian anterior daerah kepala, kemudian bersatu (Djuhanda, 1981).
Periode pertumbuhan awal sejak zigot mengalami pembelahan berulangkali sama saat embrio memiliki bentuk primitif ialah bentuk dan susunan tubuh embrio yang masih sederhana dan kasar. Bentuk dan susunan tubuh embrio itu umum terdapat pada jenis hewan vertebrata. Periode ini terdiri atas 4 tingkat yaitu tingkat pembelahan, tingkat blastula, tingkat gastrula, dan tingkat tubulasi (Yatim, 1984).
Stria primitiva menjadi sangat mencolok pada inkubasi ke-16 jam dan dapat dikatakan sebagai stria primitiva paling panjang, sehingga embrio inkubasi umur 16 jam dikhususkan sebagai embrio stadium stria primitiva. Stria primitiva pada  preparat wholemount yang diwarnai, terdiri dari alur di tengah-tengah yang kedua sisinya dibatasi oleh tebing (torus) primitiva. Ujung sephaliknya tersusun dari sel-sel yang terpak rapat, yang membentuk suatu penebalan lokal yang disebut Noda Hensen. Area pelusida sekitar stria primitiva meningkat penebalannya, yang dua jam kemudian menjadi sangat jelas dan kemudia disebut area embrional. Bentuknya seperti perisai, disebut perisai (lempeng) embrional (Soeminto, 2000).
Neural pada janin 24 jam lipatan telah mendekat satu sama lain. Tulang lipatan neural pertama-tama terjadi di muka somit-somit pertama. Bumbung neural pada janin 33 jam, telah terbentuk dan adanya dapat dibedakan bagian anterior yang agak lebar, bagian tengah, serta posterior yang menyerupai bumbung. Persatuan lipatan neural yang paling akhir terjadi di muka somit terakhir, lipatan neural mengembang dan menghilang di dalam ektoderm (Djuhanda, 1981).
Selama hari kedua dan ketiga inkubasi pada telur ayam, jaringan membentuk pembuluh darah berkembang di bagian dalam dari area opaka membentuk area vasculosa, sedang area di sebelah luar membentuk area vitellina. Perkembangan pembuluh darah pada area vasculosa dihubungkan dengan diferensiasi pada sel darah pertama. Perkembangan pembuluh darah pada area vasculosa ini terjadi pada jalur berikutnya. Pertama dari seluruh kelompok sel mesoderma terjadi pada area opaka yang berada di sisi dan ujung posterior dari area pelusida. Kelompok sel-sel ini dinamakan pulau-pulau darah (Balinsky, 1970).
Masing-masing dari empat membran utama yang menyokong embrio merupakan lembaran sel-sel yang berkembang dari lembaran epithelium yang berada di sisi luar proper embrio. Kantung kuning telur meluas di atas massa kuning telur. Sel-sel kantung kuning telur akan mencerna kuning telur, dan pembuluh darah yang berkembang di membran itu akan membawa nutrient ke dalam embrio. Lipatan lateral jaringan ekstraembrionik menjulur di atas bagian atas embrio itu dan menyatu untuk membentuk dua membran tambahan, yaitu amnion dan korion, yang dipisahkan oleh perluasan ekstraembrionik selom. Amnion membungkus embrio dalam kantung yang penuh cairan, yang melindungi embrio dari kekeringan, dan bersama-sama dengan korion menyediakan bantalan bagi embrio agar terlindung dari guncangan mekanis. Membran keempat, yaitu alantois, berasal dari pelipatan ke luar perut belakang embrio. Alantois adalah kantung yang memanjang ke dalam selom ekstraembrionik. Alantois berfungsi sebagai kantung pembuangan untuk asam urat, yaitu limbah bernitrogen yang tidak larut dari embrio. Sementara alantois terus mengembang, alantois menekan korion ke membran vitelin, yaitu lapisan dalam cangkang sel telur. Bersama-sama, alantois dan korion membentuk organ respirasi yang melayani embrio (Campbell, 2004).





III.             MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum adalah gunting, pinset, gelas arloji, dan pensil
Bahan yang digunakan adalah embrio ayam umur 15-18 hari.

B.  Metode
1.        Bahan dan semua peralatan praktikum yang dibutuhkan disiapkan.
2.        Cangkang telur digunting pada sisi tumpulnya secara melingkar sehingga membran cangkang dalam terlihat.
3.        Membran cangkang digunting dengan hati-hati dan dicari bagian pada membran cangkang yang tervaskularisasi. Bagian tersebut adalah chorio-allantois.
4.        Embrio dikeluarkan dari cangkang dan diletakkan di atas gelas arloji.
5.        Kantung berisi cairan transparan yang langsung membungkus embrio diamati. Bagian tersebut adalah amnion.
6.        Bagian yolk diamati dan saccus vitelinus diamati.
7.        Kantung berisi cairan jernih berwarn kekuningan dengan ukuran lebih besar dari amnion diidentifikasi. Kantung tersebut adalah allantois.
8.        Bagian dalam cangkang telur diamati. Ditemukan chorion/serosa.
9.        Embrio dengan membran ekstra embrional digambar dn disebutkan bagian-bagiannya.


IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.                Text Box:  Hasil
Gambar Embrio Setelah Dilepas dari Cangkang
Keterangan :
1.        Amnion
2.        Allantois
3.        Yolk sac
4.        Chorion




Text Box: Gambar Skematis Membran Ekstra Embionik pada Embrio Ayam
Keterangan Gambar :
5.        Amnion
6.        Allantois
7.        Yolk sac
8.        Chorion







B.                 Pembahasan
Pengamatan membran ekstra embrional kelompok 2 tidak mendapatkan hasil. Hal ini disebabkan setelah cangkang dibuka, tidak ada embrio didalam telur. Hal ini mungkin disebabkan kesalahan selama menginkubasi telur atau telur yang digunakan tidak fertil (tidak dibuahi).
Hasil praktikum yang diharapkan menunjukkan  membran ekstra embrionik pada ayam sesuai dengan Campbell (2004), yang menyatakan bahwa lapisan jaringan yang berada di luar proper embrio berkembang menjadi empat membran ekstra embrionik yang mendukung perkembangan embrio selanjutnya di dalam sel telur. Keempat membran ini masing-masing merupakan satu lembaran sel, yaitu kantung kuning telur (yolk sac), amnion, korion, dan alantois).
Tahap-tahap proses pembentukan selaput embrio aves  menurut Sumantadinata (1981). adalah :
1.    Amnion
Amnion adalah selaput embrio yang langsung membungkus embrio, berupa kantung yang tipis berisi cairan amnion dan embrio dapat bebas bergerak didalamnya. Lapisan penyusun amnion adalah somatopleura dengan ectoderm dibagian dalam dan mesoderm somatik diluar. Pembentukan amnion sejalan dengan terpisahnya bagian intra embrio dari bagian ekstra embrio. Amnion berfungsi melindungi embrio dari dehidrasi perlekatan organ-organ tubuh yang sedang terbentuk, memberi ruang untuk pergerakan embrio dan member perlindungan terhadap goncangan mekanik. 
2.    Kantung yolk 
Kantung yolk adalah selaput ektra embrio yang dibentuk paling awal. Selaput embrio ini dibangun oleh splanknopleura dengan endoderm disebelah dalam dan mesoderm splanknik diluarnya. Mesoderm splanknik akan terdapat pembuluh-pembuluh darah vitelin. Terbentuknya kantung yolk sejalan dengan pelipatan lapisan endoderm yang menjadi atap arkenteron, untuk membentuk saluran pencernaan makanan. Fungsi kantung yolk adalah menghantar untuk embrio, tempat asalnya sel kelamin. Mesoderm splankniknya merupakan sumber sel-sel darah dan merupakan organ hemopoletetik paling awal.
3.  Albumen
Banyak mengandung air untuk menjaga kelembaban didalam telur . Selama perkembangan albumen mengental karena airnya semakin berkurang Setelah alantois tumbuh membesar, albumen akan terdorong keujung stalalantois yang mengabsorbsi dan mentransfer melalui pembuluh darahkedalam embrio untuk digunakan sebagai nutrisi. Splanknopleura pembungkus albumen disebut kantung albumen.
4.  Korion
Korion merupakan selaput embrio yang terluar. Terbentuk oleh lipatan kearah luar dari amnion. Susunan lapisan ectoderm (diluar) dan mesoderm somatik (didalam) korion berlawanan dengan amnion, oleh karena itu korionkadang-kadang disebut amnion palsu (false amnion). Korion akan membungkus selaput –selaput embrio lainnya. Korion dibentuk dari somatopleura bersamaan dengan pembentukan amnion. Lapisan penyusunnya dibentuk oleh adanya pelipatan yang berlawanan dengan amnion. Ektoderm diluar dan mesoderm somatik didalam. Korion berada dibawah selaput cangkang dan cangkang kapur telur. Fungsi penting korion adalah menyerap ion Ca dari cangkang telur dan mendistribusikannya untuk pembentukan rangka (tulang) embrio melalui pembuluh darah alantois.
5.  Alantois
Alantois  merupakan selaput embrio yang terbentuk paling akhir, bermula sebagai evaginasi ventral dari usus belakang, tersusun oleh lapisan lembaga endoderm dan mesoderm splanknik, serupa dengan katung yolk, pada ayam, alantois dan korion (korioalantois) berperan dalam respirasi melalui pembuluh- pembuluh darah alantois, terjadi juga penyerapan kalsium melalui pembuluh- pembuluh darah tersebut sehingga cangkang kapur akan menjadi rapuh dan hal ini memudahkan penetasan kelak. Bagian proximal alantois membentuk tangkai alantois yang pangkalnyaakan tetap berada dalam tubuh embrio.bagian distal alantois membentuk kantong yang tumbuh membesar kedalam coelum kestrel embrio, yang hampir memenuhirongga telur, selain itu alantois berada dibawah korion (Carlson, 1999).
Jumlah dan jenis membran embrional bervariasi pada hewan vertebrata. Ikan dan amphibi hanya memiliki membran ekstra embrional berupa kantong yolk (yolk sac/saccus vitellinus). Reptil dan aves memilik 4 membran ekstra embrional yaitu, amnion, chorion, allantois dan saccus vitellinus, pada mamalia chorion berdiferensiasi menjadi bagian embrional yang menyusun plasenta (Sumantadinata, 1981).
 Burung dan mamalia mempunyai membran ekstra embrionik yang sama dengan reptilia, darimana hewan tersebut berkembang. Ketiga golongan hewan tersebut sering disebut amniota karena ketiganya sama-sama mempunyai amnion. Reproduksi burung sangat mirip dengan reptilian, kecuali bahwa burung mengerami telurnya. Kecuali monotremata primitive yang bertelur, mamalia tidak mempunyai telur kleidoik dan membran ekstra embrionik membantu dalam pembentukan plasenta (Villee et al., 1988)
V.                KESIMPULAN DAN SARAN
A.                Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.             Membran ekstra embrional pada ayam terdiri dari amnion, chorion, allantois dan yolk sac (kantung yolk).
2.             Kantung yolk berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah pertama dan menyalurkan bahan makanan. Amnion berfungsi sebagai pelindung embrio terhadap kekeringan,penawar goncangan, pengaturan suhu intra uterus, dan anti adhesi. Fungsi utama allantois adalah sebagai tempat penampungan danpenyimpanan urine dan sebagai organ pertukaran gas antara embrio dengan lingkungan luarnya. Fungsi chorion pada hewan-hewan ovivar, terutama untuk pertukarangas atau respirasi, sedangkan pada mamalia, chorion bukan hanya berperan sebagai pembungkus, tetapi juga berperan untuk nutrisi, eksresi, filtrasi, dan sistem hormon.

B.                 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah saya laksanakan, saya sarankan :
Praktikan kesulitan mengamati membran ekstra embrio pada ayam, sebaiknya telur yang digunakan fertil.
DAFTAR PUSTAKA
Balinsky, B.I. 1970. An Introduction to Embryology. W.B. Saunder Company, London.


 Campbell, N.A., Reece, J.B. 2004. Biology, 5th ed. San Francisco,Benjamin Cummings.

Carlson, Bruce M. 1999. Human Embryology and Developmental Biology. Mosby, New York.

Djuhanda, T. 1981. Embriologi Perbandingan. Armico, Bandung.

Kosasih, G. 1975. Embriologi Kedokteran. CV EGC, Jakarta.

Soeminto, 2000. Embriologi Vertebrata. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.

Sumantadinata, K. 1981. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Pemeliharaan di Indonesia. Sastra Budaya, Bogor.

Villee, C. A., Walker, W. F. and Barnes, R. D. 1988. Zoologi Umum. Erlangga,
Jakarta.

Yatim, Wildan. 1984. Embriologi. Tarsito, Bandung.